Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerpen : berjudul "TUMBAL"



Pada suatu hari di tengah siang yang panas, aku sedang menempuh perjalanan ke dareah terpencil di pedesaan memakai mobil dengan pakaian yang sangat bagus. Di tengah perjalanan ke desa itu, mobilku mogok di daerah yang tidak seorangpung melewati jalan itu.

Malampun tiba, tetapi mobilku tak kunjung menyala. Aku sudah berusaha menelepon keluargaku di kota, tetapi disini tidak ada sinyal sama sekali.

Tiba-tiba aku mendengar suara burung hantu. Konon katanya, jika mendengar suara burunghantu di jalan sepi, kamu akan bertemu dengan sosok yang sangat menyeramkan seperti Pocong dan teman-temannya.

Tak lama kemudian, aku yang ketakutan mencoba membenarkan mobilku sendiri. Sebenarnya aku sedikit tahu tentang mesin mobil.

Dengan penuh rasa takut dan bayang-bayang pocong dan teman-temannya yang muncul di benakku, mobil yang mogok itupun akhirnya menyala.

Karena terlalu lelah, akupun tertidur di dalam mobil. Beberapa jam berlalu, aku terbangun karena mendengan suara yang mengetuk kaca mobilku dari arah belakang. Lalu aku menengok ke arah belakang untuk melihat apakah ada sesuatu di sana.

Saat pandanganku kembali ke depan. Tiba-tiba terdapat seorang nenek-nenek yang sedang menyeberangi jalan. Karena aku kasihan dengan nenek itu, akupun memanggil nenek itu dan menyuruhnya masuk ke dalam mobil.

Lalu aku bertanya “nenek, rumahnya dimana?”. Nenek itu diam saja saat kutanya, tetapi tangannya menunjukan arah jalannya.

Aku terus saja lurus, lalu belok ke kiri, lalu belok ke kanan. Setelah perjalanan agak lama, aku bingung mengapa jauh sekali rumahnya? Padahal sebelum belokan ke kiri pertama aku melihat ada beberapa rumah kecil. Mungkin isinya hanya lima kepala keluarga.

Akupun bertanya lagi kepada nenek “nek, sudah sampai belum? Rumah nenek jauh sekali ya?” lalu nenek itu menjawab “sudah dekat, kamu maju saja sedikit lagi. disanalah rumah saya. HIHIHIHIHIHIHI” aku kaget tiba tiba si nenek mengeluarkan suara kuntilanak yang menyeramkan. 

Karena takut, akupun membawa mobilku sambil menghadap kedepan dan tidak sama sekali menengok ke arah nenek. Setelah sampai di tempat yang dibilang si nenek, lalu aku bilang “kita sudah sampai ne…” kata-kataku terpotong saat ku melihat ke arah nenek, tetapi dia tidak ada. Seketika pandanganku berubah.

Tempat yang tadinya kulihat adalah rumah si nenek menjadi kuburan yang sangat gelap sekali. Dan aku yang beraada di dalam mobilku seperti mencium aroma bunga melati yang sangat kuat. Tak lama aku melihat sesosok makhluk yang aku tidak tahu itu apa. Kemudian aku pingsan begitu saja.

Saat aku bangun dari pingsan. Ternyata aku berada di sebuah rumah kecil dengan lampu kuning remang-remang. Tiba-tiba ada seorang ibu yang menghampiri tempatku terbangun. “dek, apakah kamu sudah sadar?

Bolehkah ibu bertanya, mengapa kamu semalam ada di kuburan itu? Apakah kamu tidak tahu bahwa itu adalah tempat terlarang. Untuk masuk situ kamu tidak boleh memakai kendaraan. Jika kamu kesana membawa kendaraan.

Maka kendaraanmu pasti ditumpangi dengan makhluk gaib yang ada di kuburan sana.” Lalu aku menjawab. “aku tidak tahu, semalam ada seorang nenek yang sedang menyeberangi jalan. Aku kasihan dengannya.

Lalu aku menyuruhnya masuk dan kubilang kalau aku akan mengantar ke rumahnya.” Si ibu yang mendengar jawabankupun terlihat bingung dan kaget.

Katanya bagaimana bisa seorang wanita sepertiku berani sekali menumpangi orang yang tidak dikenal. Kata ibu, di desa itu tidak boleh sembarangan berbicara dengan orang asing atau apapun.

Tiba-tiba saja si ibu menangis sambil memelukku. Lalu aku bertanya “ada apa, bu? Kenapa ibu menangis?”. “aku baru saja teringat dengan anakku. Ia meninggal karena mendapat pengalaman sepertimu.

Saat malam hari ia mengendarai motor dan bertemu dengan nenek-nenek, ia memberikan tumpangan kepadanya. Sampai tiba saatnya di kuburan terlarang itu.

Tiba-tiba saja motornya masuk ke liang kubur dan ia dikubur hidup-hidup oleh makhluk makhluk gaib di sana.

Suamiku dan aku langsung saja mendatangi kuburan terlarang itu. Lalu makhluk gaib itu mendatangi kami dan bilang jika kamu ingin anakmu kembali, maka bayarlah dengan nyawamu sendiri atau keluarga dan…”

Aku yang sedih, bingung, dan takut mendengarnya langsung memotong pembicaraannya lalu aku duduk terdiam mematung tanpa suara.

Siangnya akupun bersiap untuk pulang ke rumah. Karena jika aku pulang sore, takut tersesat dan juga takut mobilku mogok lagi. Di perjalanan aku masih memikirkan apa yang diceritakan oleh ibu itu kepadaku. Sebenarnya aku penasaran dengan lanjutannya. Tapi aku tak kuasa mendengar apa yang akan terjadi selanjutnya.

Saat di perjalanan tiba-tiba orangtuaku menelepon dan bertanya apakah aku baik-baik saja. Aku yang bingun dan merasa aneh kenapa tiba-tiba orangtuaku menelepon hanya menjawab bahwa aku baik-baik saja.

Dan tiba-tiba orangtuaku menagis sangat kencang, lalu aku mendengar suara yang sangat mirip dengan nenek yang kutolong itu. Langsung saja aku berteriak “MAU APA NENEK DISANA?” lalu nenek itu menjawab.

Jangan pulang ke rumah atau orangtuamu akan mati. Dan tiba-tiba teleponnya terputus. Akupun langsung mempercepat laju kendaraanku. Semua yang menghalangiku langsung kuhantam sampai-sampai hampir ada seorang anak kecil yang tertabrak.

Saat sudah di dekat rumah, aku langsung keluar dari mobil dan berlari masuk ke rumah dan mendobrak pintu dengan kencang sampai seluruh tubuhku sakit semua.

Dengan tubuh yang lemah aku langsung terjatuh dan pingsan. Aku terbangun dan langsung menengok ke atas atap karena merasa seperti ada air yang jatuh di atas dahiku, dan ternyata ada dua orang mati yang digantung dan pergelangan tangannya mengucur darah seperti terkena silet. Ternyata itu adalah kedua orangtuaku.

Tiba-tiba saja ada orang yang mencekikku dari belakang, aku tidak bisa melihat wajah. Langsung saja aku berpura-pura seperti orang mati, dan orang itupun melepas cekikannya dari leherku. Lalu orang itu berjalan ke depan mayat orangtuaku, dia membawa botol dan mengisinya dengan darah kedua orangtuaku, lalu ia meminum darahnya. Aku yang merasa jijik langsung muntah dan berlari keluar. Lalu orang itu mengejarku, tetapi aku berhasil lolos.

Aku meloloskan diri masuk ke dalam hutan dekat belakang rumahku. Disana aku memiliki teman gaib. Ia adalah sesosok kuntilanak yang baik, wajahnya seperti orang belanda dengan rambut sepundak, ada darah di dekat matanya, dan ada sedikit bercak darah dibalik badannya. Aku bertanya kepadanya apa alasan makhluk aneh dan orang itu membunuh orangtua ku.

Lalu ia menjawab dengan nada seram “kamu sudah menggangu kaumku di pedesaan kecil itu. Maka kamu harus membayarnya dengan nyawa.

Saat itu kamu diselamatkan oleh manusia lain. Maka dari itu kaum kami mengantinya dengan orangtuamu”

Karena bingung harus berbuat apa, aku pergi menemui orang yang mengejarku dan bilang “kenapa harus orangtuaku? Bunuh saja aku sedari awal. Dasar kalian bodoh”. Karena aku berbicara kasar, tiba-tiba aku terbangun dan melihat diriku sendiri sudah tewas.

sumber : cerpenmu.com
Karangan: Zhafira Aghniya Rahman

Posting Komentar untuk "Cerpen : berjudul "TUMBAL""