Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

TEKNIK BERMAIN ALAT MUSIK TRADISIONAL (Bab 4 Kelas 8 Materi Pengetahuan)

 


Kompetensi Dasar 
1.1. Menerima, menanggapi dan menghargai keragaman dan keunikan karya seni rupa sebagai bentuk rasa syukur terhadap anugrah Tuhan.
2.1. Menunjukkan sikap menghargai, jujur, disiplin melalui aktifitas berkesenian.
2.2. Menunjukan sikap bertanggungjawab, peduli, dan santun terhadap karya seni rupa dan pembuatnya.
2.3. Menunjukan sikap percaya diri, motivasi internal, kepedulian terhadap lingkungan dalam berkarya seni.
3.3. Memahami teknik memainkan salah satu alat musik tradisional secara perorangan
4.3  Memainankan salah satu alat musik tradisional secara perorangan 

RINGKASAN MATERI

A. Jenis Musik Tradisional  Indonesia 

Musik tradisional adalah musik yang hidup dimasyarakat Indonesia yang lahir dan berkembang secara turun-temurun. Musik tradisional merupakan warisan dari  leluhur sebagai kekayaan dan budaya Indonesia .. Tiga kompononen yang saling memperngaruhi musik tradisional diantaranya seniman, musik itu sendiri, dan masyarakat penikmatnya. Keunikan dari musik tradisional dapat dilihat dari  ciri- ciri tertentu yang merupakan khas dari suatu daerah. Ciri- ciri musik tradisional antara lain yaitu:

1. Dipelajari secara lisan
2. Biasanya tak bernotasi 
3. Sifatnya informasi dan sederhana
4. Permainannya tidak terspesialisasi sehingga dapat memainkan semua alat yang digunakan
5. Syairnya berbahasa daerah
6. Menggunakan alat musik dari daerah yang bersangkutan
7. Bagian dari budaya tersebut

Jenis musik tradisional di Indonesia berbagai ragam bentuknya , namun dengan  segala jenis perbedaan tersebut musik tradisional  dapat disatukan. Keanekaragaman musik tradisional di Indonesia terdiri beberapa jenis, antara lain :

1. Didong

Di daerah Aceh terdapat musik yang disebut dengan Didong. Didong merupakan bentuk kesenian tradisional yang sangat populer di Aceh Tengah. Kesenian ini dilaksanakan secara vokal oleh sejumlah 30-40 kaum pria dalam posisi duduk bersila dalam satu lingkaran. Nyanyian Dingdong diiringi dengan tepuk tangan berirama oleh para peserta sendiri. Para pemusik masing- masing memegang sebuah bantal tepok di tangan kiri. Dengan mengayunkan bantal di tangan kiri secara serempak atau kedepan setiap kali menjelang tepuk tangannya, maka terjadilah suatu permainan gerak yang mengasyikan dan sekaligus meramaikan penampilan. Permainan bantal ini sebenarnya hampir mirip dengan tari Saman, perbedaannya terletak pada penggunaan properti.

Gambar 4.1. Kesenian Didong dari Aceh

2.   Wayang Cokek

Wayang cokek merupakan salah satu bentuk musik tradisional di daerah Jakarta (Betawi). Wayang cokek berupa kesenian nyanyi dan tari yang dilakukan oleh pemain-pemain wanita. Pada zaman dahulu yang menari adalah perempuan-perempuan yang menjadi budak belian. Mereka mengepang rambutnya dan mengenakan baju kurung yang lazim dikenakan oleh orang dari Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Syair-syair yang digunakan dengan gaya pengisian sisipan dalam interval-interval frase melodi yang agak panjang, dimana teks atau syair bakunya tidak dapat mengisi secara pararel kekosongan. Disini penyanyi mengisinya dengan kalimat pendek yang tidak ada sangkut paut langsung dengan tendisi syair.


Gambar 4.2. Tari Cokek dan Wayang Cokek dari Jakarta

3.   Arumba 

Arumba merupakan singkatan dari Alunan Rumpun Bambu .  Arumba adalah sejenis ensambel musik yang terdiri dari berbagai alat musik yang terbuat dari bambu. Arumba lahir sekitar tahun 1960-an di Jawa Barat. Perangkat instrumennya kebanyakan dari bambu pilihan seperti, awi temen, wulun (bamboo hitam) yang dimainkan dengan cara digoyangkan dengan menggunakan tangan kosong. Penampilannya biasanya mengenakan pakaian adat tradisional. Selain menyuguhkan musik instrumentalia, arumba juga bisa digunakan untuk mengiringi nyanyian dengan gendre lain seperi pop, campur sari, dan dangdut.Beberapa grup arumba yang pernah terkenal di Jawa Barat misalnya Arumba Cirebon.

Susunan alat musik yang digunakan untuk mengisi permainan arumba antara lain: anglkung solo, gambang melodi, gambang pengiring, gendang, bass lodong.


Gambar 4.3. Musik Arumba dari Jawa Barat


4.   Celempungan

Celempungan  adalah grup musik yang merupakan bagian perkembangan dari celempung. Celempung sendiri merupakan alat musik yang terbuat dari hinis bambu yang memanfaatkan gelombang resonansi yang ada dalam ruas batang bambu. Saat ini celempung yang waditranya menggunakan bambu masih dipertahankan di desa Narimbang, kecamatan Conggeang, kabupaten Sumedang. Namun dalam celempungan, waditra celempungannya sudah diganti oleh kayu yang dibentuk ruang segi delapan yang hinis bambunya diganti dengan plat dari besi. Alat pemukulnya terbuat dari bahan bambu atau kayu yang ujungnya diberi  kain atau benda tipis agar menghasilkan suara nyaring. 

Cara memainkan alat musik celempung  ada dua macam yaitu :

a. Cara memukul, kedua alur sembilu dipukul secara bergantian tergantung kepada ritme- ritme serta suara yang diinginkan pemain musik.

b. Pengolahan suara, yaitu tangan kiri dijadikan untuk mengolah suara untuk mengatur besar kecilnya udara yang keluar dari bumbung (badan) celempung. Jika menghendaki suara tinggi lubang dibuka lebih besar dan jika menginginkan suara rendah lubang ditutup rapat- rapat. Suara celempung bisa bermacam- macam tergantung pada kepintaran pemain musik. Pada saat ini alat musik celempung  sudah jarang dimainkan, dalam ensambel celempungan perannya sudah diganti dengan kendang dan kulanter. 

Selain waditra tersebut, dalam celempungan waditranya sudah ditambah dengan kecapi dan biola. Jadi kata celempu-ngan adalah kesenian celempung yang sudah ditambah dengan waditra lain yaitu kata “ngan”.  Kata “ngan” menganologikan adanya fungsi wadrita dengan maksud untuk membuat celempung lebih bernada.  


Gambar 4.4. Alat Musik Celempungan dari Sumedang Jawa Barat

5.   Musik Gong Luang 

Musik gong luang adalah musik  khas asli Bali. Kata Gong Luang berasal dari kata “Luang” yang berarti kurang karena memang alat- alat gong yang dipakai tidak lengkap. Musik Gong Luang hanya memakai 25 – 30 alat musik diantaranya Gangsa, Jublang, Jegong, Saron, Trompong, Kendang, Suling, dan Riyong. Jumlah itu terkadang berbeda tergantung daerahnya masing- masing. Keunikan musik ini adalah memilki 7 tangganada yaitu ndang, ndaing, nding,  ndong, ndeng, ndeung, dan ndung. Untuk laras terdiri dari laras pelog, laras slendro, dan laras keselndoran. Musik Gong Luang biasanya digunakan masyarakat Bali untuk pengiring upacara adat dan  tari- tarian, seperti tari Topeng, tari Baris Poleng, tadi Pendet, tari Rejang dan yang lainnya. 


Gambar 4.5. Alat Musik Gong Luang dari Bali


6.   Musik Tradisional Kombi

Musik kombi adalah musik tradisional asli yang berasal dari Papua. Kombi berasal dari kata “nai” yang berarti memetik atau memainkan. Musik ini memiliki alat musik utama yang disebut mbref  atau  gauto. Mbref  atau  gauto terbuat dari seruas bambu dan dililit dengan rotan di kedua ujungnya kemudian diberi penyangga sehingga bilah sayatan tersebut kencang bisa berbunyi seperti senar, pada bagian bawah bamboo diberi lubang. Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul. 


Gambar 4.6. Alat Musik Kombi dari Papua

7.   Musik Krumpyung
Musik krumpyung berasal dari daerah Yogyakarta. Musik ini dimainkan dengan alat musik yang terbuat dari bambu (angklung). Nada yang dihasilkan mirip dengan gamelan Jawa tetapi perbedaanya terletak pada gongnya. Pada musik krumpyung gong ditiup dan dipukul supaya berbunyi. Lagu- lagu yang dibawakan dapat bervariasi, seperti campur sari, uyon- uyon dan sebagainya. 


Gambar 4.7. Alat usik Krumpyung dari Yogyakarta

8.   Musik Panting 
Musik painting berasal dari Kalimantan Selatan, yang memilki arti petik. Musik Painting merupakan alat musik berupa senar yang disentilkan. Beberapa instrumen yang biasa digunakan diantaranya painting, babaun, agung, marakas, dan talining.


Gambar 4.8. Alat Musik Panting dari Kalimantan Selatan


TUGAS TUGAS SISWA

(Lihat Buku Pendamping Belajar Siswa Kelas VIII)


B.   Teknik Memainkan Alat Musik 
Instrumen musik tradisional sangat  banyak ragamnya. Selain dibagi menurut sumber bunyinya, alat musik daerah dikelompokkan menjadi 3  berdasarkan bentuknya, yaitu :

1.   Bentuk Tabung
Bentuk tabung merupakan bentuk umum yang memakai bahan dasar bambu.Dalam perkembangannya bahan bambu tersebut  dapat digantikan dengan bahan lain seperti kayu dan logam. Instrumen yang termasuk dalam bentuk tabung misalnya calung, angklung, kentongan, suling/saluang, dan guntung.Cara memainkan alat musik ini ada yang dipukul, digoyang, dan ditiup.
2.   Bentuk Bilah
Berbeda dengan bentuk tabung , bentuk bilah tidak memiliki rongga, Kekuatan bunyi yang dihasilkan masih perlu didukung oleh perangkat lain, yaitu wadah gema sebagai ruang resonator. Permukaan bilah dapat berupa bidang rata atau cembung. Bahkan kadang- kadang berupa irisan dari bentuk tabung. Contoh alat musik berbentuk bilah adalah gambang, kolintang, saron, dan gender. Cara memainkan alat musik ini yaitu dengan dipukul.
3.   Bentuk Pencon
Istilah pencon dari bahasa Jawa berasal dari kata “pencu” yang berarti bagian yang menonjol dari suatu bidang datar atau yang dianggap datar. Pencu dimaksudkan sebagai tumpuan pukulan. Baik pencun ke atas maupun kesamping pada umumnya terbuat dari logam. Alat musik berbentuk pencon sangatlah banyak terdapat diberbagai daerah di Indonesia. Yang menarik dari alat musik ini adalah alat sejenis ditata dengan sistem nada dan penyusunan yang berbeda- beda pada tiap daerah. Misalnya bonang (Jawa dan Sunda ), trompong (Bali), kromong (Betawi), talempong (Minang), totobuang (Ambon), dan kangkanong (Banjar). Cara memainkan alat musik yang berbentuk pencon yaitu dipukul.

Berikut contoh alat musik dan cara memainkannya :
a.   Kentongan (Bentuk Tabung)
Kentongan atau yang dalam bahasa lainnya disebut Jidor. Jidor adalah alat pemukul yang terbuat dari bambu atau batang kayu jati yang dipahat. Kegunaan kentongan didefinisikan sebagai tanda alam, sinyal komunikasi jarak jauh, morse, penanda tersebut berkisar antara diameter 40 cm dan tinggi 1,5 m – 2 m. Kentongan sering diidentikkan dengan alat komunikasi zaman dahulu yang sering dimanfaatkan oleh penduduk yang tinggal di daerah pedesaan dan pegunungan.
Sejarah budaya kentongan sebenarnya dimulai bearasal dari legenda Cheng Ho dari Cina yang mengadakan perjalanan dengan misi keagamaan. Dalam perjalanan tersebut, Cheng Ho menemukan kentongan ini sebagai alat komunikasi ritual keagamaan. Penemuan kentongan terebut dibawa ke China, Korea, dan Jepang.
Kentongan sudah ditemuan sejak awal masehi. Setiap daerah tentunya memiliki sejarah penemuan yang berbeda dengan nilai sejarahnya yang kurang tinggi. Di Nusa Tenggara Barat, kentongan ditemukan ketika Raja Anak Agung Gede Ngurah yang berkuasa sekitar abad XIX menggunakannya untuk mengumpulkan massa.Di Yogyakarta ketika masa kerajaan Majapahit, kentongan Kyai Gorobangsa sering digunakan sebagai pengumpul warga.
Di Pengasih, kentongan ditemukan sebagai alat untuk menguji kejujuran calon pemimpin daerah. Di masa sekarang ini, penggunaan kentongan lebih bervariatif cara memainkannya. Kentongan merupakan alat komunikasi zaman dahulu yang dapat berbentuk tabung maupun berbentuk lingkaran dengan sebuah lubang yang sengaja dipahat di tengahnya. Dari lubang, akan keluar bunyi – bunyian apabila dipukul. Kentongan biasa dilengkapi dengan sebuah tongkat pemukul yang sengaja digunakan untuk memukul bagian tengah kentongan untuk menghasilkan satu suara yang khas. Kentongan tersebut dibunyikan dengan irama yang berbeda – beda untuk menunjukkan kegitan atau peristiwa yang berbeda. Pendengar akan paham dengan sendirinya pesan yang disampaikan oleh kentongan tersebut. 

b.   Talempong (Bentuk Pencon)  
Talempong adalah sebuah alat musik pukul tradisional khas suku Minangkabau. Bentuknya hampir sama dengan instrument bonang dalam perangkat gamelan. Talempong dapat terbuat dari kuningan, namun ada pula yang terbuat dari kayu dan batu. Saat ini talempong dari jenis kuningan lebih banyak digunakan. Talempong berbentuk lingkaran dengan diameter 15 sampai 17,5 cm, pada bagian bawahnya berlubang.Pada bagian atas talempong, terdapat bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter sebagai tempat untuk dipukul. Talempong memiliki nada yang berbeda – beda. Bunyinya dihasilkan dari sepasang kayu yang dipukulkan pada permukaannya.
Talempong biasanya digunakan untuk mengiringi tarian pertunjukan atau penyambutan, seperti Tari Piring yang khas, Tari Pasambahan, dan Tari Galombang. Talempong juga digunakan untuk melantunkan musik menyambut tamu istimewa. Memaikan Talempong butuh kejelian dimulai dengan tangga nada do dan diakhiri dengan si. Talempong juga biasanya dibawakan dengan iringan akordion. Akordion adalah instumen musik sejenis organ yang didorong dan ditarik dengan kedua tangan pemainnya. Selain akordion, instrumen seperti saluang, gandang, serunai, dan instrumen  tradisional Minang lainnya juga umum dimainkan bersama talempong. 

 
C.   Mengenal Musik Angklung
Angklung merupakan alat musik asli Indonesia yang terbuat dari bambu dan merupakan warisan budaya bangsa Indonesia dan telah diakui secara internasional oleh UNESCO. Angklung tumbuh dan berkembang pada masyakat suku Sunda yang digunakan sebagai sarana upacara adat yang berkaitan dengan tanaman padi. Sistem nada angklung pada awalnya berlaras pelog, slendro, dan madenda. Angklung jenis ini disebut dengan angklung buhun. Kemudian, Daeng Soetigna membuat angklung berlaraskan diatonis.  


Gambar 4.9. Alat Mjusik Angklung

Nada- nada angklung buhun dideskripsikan menjadi Dogdog lonjor memiliki 3 nada, Badud dan Badeng memiliki 4 nada  dan angklung Buncis memilki 5 nada. Berikut jenis- jenis angklung tersebut adalah:

1.   Angklung Kanekes

Angklung kanakes  sering dikenal sebagai angklung Badui, digunakan upacara menanam padi. Angklung ini  bukan hanya sebatas media hiburan tetapi juga memilki nilai magis tertentu.

2.   Angklung Gubrag

Angklung gubrak berasal dari kampong Cipiding kecamatan Cigudeg. Juga digunakan untuk menghormati dewi padi.

3.   Angklung Dogdog Lonjor 

Angklung Dogdog berasal dari masyarakat Banten Selatan di daerah gunung Halimun. Digunakan pada upacara Seren taun yaitu untuk menghormati Dewi padi karena panen melimpah.

4.   Angklung Badeng

Angklung Badeng berfungsi sebagai hiburan dan media dakwah penyebaran agama Islam, namun sebelumnya di Garut tepatnya di kecamatan Malangbong juga dipakai untuk upacara ritual yang berhubungan dengan padi.

5.   Angklung Buncis 

Angklung buncis dipakai sebagai media hiburan, namun awalnya juga dipakai pada acara ritual pertanian yang juga berhubungan dengan tanaman padi.


D. Berlatih Musik Angklung

Angklung yang dikembangkan di sekolah adalah angklung Padaeng. Angklung padaeng terdiri dari 2 kelompok besar sebagai berikut :

1.   Angklung Melodi

Angklung melodi adalah angklung yang dipakai untuk membawakan melodi pokok. Angklung ini hanya terdiri dari dua tabung bambu.

2.   Angklung Pengiring 

Angklung pengiring adalah angklung yang dipakai sebagai akord mengiringi melodi pokok. Angklung ini terdiri dari tiga atau empat tabung bambu. Angklung yang terdiri dari tiga tabung bambu adalah angklung dalam bentuk trinada misalnya akord mayor dan akord minor, sedangkan angklung yang terdiri dari empat tabung adalah angklung yang merupakan catur nada, misalnya untuk dominan septime (G7, C7, dan lain- lain. 

Dalam bermain angklung tangan kiri digunakan sebagai gantungan sedangkan tangan kanan untuk menggoyangkannya sehingga angklung berbunyi. Peganglah angklung dengan tangan kiri, tangan kanan ditempatkan pada ujung bagian bawah angklung. Bunyikan sesuai dengan panjang pendeknya nada dan berhenti jika rangkaian angklung yang lain telah berbunyi agar penampilan mudik tidak terputus- putus. 


TUGAS TUGAS SISWA 

(Lihat Buku Pendamping Belajar Siswa Kelas VIII)








Posting Komentar untuk "TEKNIK BERMAIN ALAT MUSIK TRADISIONAL (Bab 4 Kelas 8 Materi Pengetahuan)"