Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SENI BUDAYA MATERI PERAGAAN POLA LANTAI & GERAK TARI BERDASARKAN UNSUR PENDUKUNG & IRINGAN [ KELAS 8 GENAP ]

 SENI BUDAYA

BAB 6

PERAGAAN POLA LANTAI & GERAK TARI BERDASARKAN UNSUR PENDUKUNG & IRINGAN

 

A.    Pengertian Tari Tradisional
        Tari Tradisional adalah suatu tarian yang tumbuh dan berkembang di suatu daerah tertentu, sesuai adat istiadat masyarakat setempat. Tari tradisional sering disebut juga dengan istilah Tari Daerah. Tari Daerah memiliki keunikan-keunikan pada gerak tari, iringan musik, penyajian, tata rias dan tata busana. Tari Tradisional dikelompokan menjadi 2 macam yaitu: Tari Tradisional Klasik dan Tari Tradisional Kerakyatan.
1.    Tari Tradisional Klasik
        Tari Tradisional Klasik merupakan tari yang pada awalnya diciptakan di lingkungan keraton dengan ciri gerakannya yang baku, mbanyu mili, dan rumit serta berkembang di lingkungan keraton. Tari tradisional klasik juga berkembang melalui dunia pendidikan dan sanggar-sanggar tari tradisional.
Contoh tari tradisional klasik, menurut jenis penyajiannya, antara lain :
a.    Tari Tradisional Klasik keraton Surakarta dan Yogyakarta
        Tari Tradisional Klasik keraton Surakarta dan Yogyakarta merupakan bentuk tari kelompok yang telah ditentukan jumlah penarinya, yaitu :
1)    Tari Bedhaya Ketawang (9 orang penari, asal daerah Surakarta,Jawa Tengah)
2)    Tari Serimpi Gondokusumo (4 orang penari putri, asal daerah Surakarta Jawa Tengah)  
3)    Beksan Lawung  (16 penari putra, asal daerah Yogyakarta)
b.    Tari Tradisional Klasik daerah Jawa Tengah daerah Surakarta, Jawa Tengah
Tari Tradisional Klasik daerah Jawa Tengah dan Surakarta Jawa Tengah yang merupakan bentuk tari berpasangan yang ditarikan oleh 2 orang penari, jenis heroik atau kepahlawanan dan pethilan jenis pethilan dari cerita wayang, antara lain :
1)    Tari Bandayuda (penari 2 orang putra jenis tari putra gagahan)
2)    Tari Sancoyo Kusumowicitro (2 penari putra jenis campuran putra alus dan gagahan)
3)    Tari Bambangan Cakil (2 orang penari putra alus dan gagah)
4)    Tari Retno Tinandhing  (2 orang penari putri )
5)    Tari Retno Pamudya (2 orang penari putri )
6)    Tari Srikandi Mustakaweni (2 orang penari putri)
Tari Tradisional Klasik daerah Jawa Tengah dan Surakarta Jawa Tengah yang yang merupakan bentuk tari berpasangan jenis erotis, contohnya, yaitu :
1)    Tari / Beksan Karonsih (2 orang penari putra dan putri romantis/erotis)
2)    Tari / Beksan Driasmara (2 orang penari putra dan putri gerak romantis/erotis)
3)    Tari / Beksan Bondan Sayu (2 orang penari putra dan putri gerak romantis/erotis)


Tari/Beksan Karonsih 



        Tari Karonsih adalah Kisah Romantika Dewi Sekartaji dan Panji Asmara Bangun. Tarian yang mengisahkan kecintaan dan kerinduan Dewi Sekartaji yang ditinggal oleh Panji Asmara Bangun, suaminya, dikenal sebagai Tari Karonsih. Kata Karonsih sendiri berasal dari kata Bahasa Jawa ‘kekaron atau sakloron tansah asih’ yang artinya keduanya saling mencintai.Fungsi  tarian ini ditarikan untuk acara hiburan dipernikahan.


Tari/Beksan Driasmara


        Tari driasmara merupakan salah satu bentuk tari pasangan yang ditarikan oleh seorang penari putra dan putri. Tari driasmara bertemakan  percintaan antara Panji Asmara Bangun dengan Dewi Sekartaji. Tari ini disusun oleh Sunarno Purwolelono pada tahun 1976.
Tari driasmara menggambarkan sepasang kekasih yang sedang memadu cinta.  

2.    Tari Tradisional Kerakyatan
        Tari Tradisional Kerakyatan merupakan bentuk tari tradisional yang diciptakan di lingkungan masyarakat pedesan di daerah tertentu, ciri gerakan tidak baku, gerak sesuai dengan kegiatan masyarakat tertentu dengan kebiasaan masyarakat setempat, gerak sederhana, tidak rumit, berkembang di masyarakat pedesaan.
Contoh tari tradisional kerakyatan daerah Jawa Tengah,antara lain:
1)    Tari Lengger daerah Banyumas dan sekitarnya.
Tari Lengger berfungsi untuk hiburan gerak tari lengger sangat energik penuh kegembiraan. Ciri khas gerak tari lengger tidak terlepas dengan geol  atau memutar pantat, ditarikan dengan iringan calung dari bambu.Tari Lengger digarap menjadi sebuah tari Gambyong Calung Banyumasan, bersamaan dengan adanya SMKI banyumas, sekarang SMK N 3 Banyumas.
2)    Tari Gambyong Calung Banyumasan
Tarian Gambyong Calung Banyumasan diciptakan oleh para guru tari SMKI Banyumas sekitar tahun 1980-an. Gerakan terinspiransi dari gerak tari lengger yang kemudian disusun sebagai sebuah tarian untuk mengawali pembelajaran di sekolah menengah kejuruan.
3)    Tari Capat Cipit Banyumasan
Tarian Capat Cipit Banyumasan merupakan salah satu contoh tari bentuk berpasangan yang ditarikan oleh 2 penari putra dan putri jenis tari pergaluan pemuda pemudi sebagai hiburan. Ciri gerak tarinya gecul atau lucu, semangat dan gembira. Diiringi dengan musik gamelan perunggu atau pun calung biasa, asal notasi iringannya sama. Iringan tari Capat Cipit Banyumasan yaitu Lancaran Eling-eling Banyumasan berlanjut ke Lancaran Ijo-ijo slendro manyura.
B.    Keunikan dari beberapa Tari Tradisional Klasik.
1.    Tari Bedhaya Ketawang
        Nama tari “Bedhaya Ketawang” mengandung arti di setiap masing-masing kata. “Bedhaya” artinya Penari Wanita dan “Ketawang “ artinya Langit. Bila disatukan” Bedhaya Ketawang” ini mengandung arti Penari Wanita dari Istana Langit.
Tarian ini dipertunjukan untuk acara resmi saja, yang bertujuan untuk menghibur. Sejarah tarian ini menceritakan tentang hubungan Ratu Kidul yang biasa kita kenal dengan Roro Kidul.tarian ini ditarikan oleh 9 orang wanita, dimana Sembilan ini melambangkan  Wali Songo yang berjumlah 9 sebagai perumpamaan 9 arah mata angin. Keunikan dari Tari Bedhaya Ketawang diantaranya terdapat pada :
a.    Unsur Tata Rias dan Busana
Busana para penari pun biasanya menggunakan pengantin adat Jawa, dimana para penari menggunakan gelung besar, dan aksesories-aksesories Jawa berupa centhung, sisir jeram saajar, tiba dhadha, garudha mungkur, dan cunduk mentul. Para penaripun dusahakan tidak dalam keadaan berhalangan.
b.    Iringan Musik
Iringan musik Tari BedhayaKetawang adalah Gending Ketawang Gede, atau Gamelan Jawa laras Slendro dan Pelog.
2.    Tari Serimpi Gondokusumo
        Tari Serimpi berasal dari Yogyakarta, konon katanya tarian ini sedikit bernuansa mistis. Awalnya dipertunjukkan pada saat penggantian raja di beberapa istana di Jawa Tengah. Tari Serimpi menggambarkan wanita yang sopan santun dan sangat lemah gemulai.
Tari Serimpi Yogyakarta terdiri dari beberapa jenis diantaranya Serimpi Babul Layar, Serimpi Dhempel, dan Serimpi Genjung. Untuk Surakarta Serimpi Anglir Mendung, dan Serimpi Bondan. Tarian ini biasanya ditarikan dengan 4 anggota penari wanita.
Hal ini menandakan unsur api, air, angin dan bumi dalam kehidupan. Kostum penari Tari Serimpi adalah pakaian pengantin putri keraton. Iringan musiknya menggunakan Gamelan Jawa.

3.    Tari/Beksan Lawung
        Tari/Beksan Lawung berasal dari Keraton Yogyakarta. Dibawakan oleh 16 orang laki-laki. Tari/Beksan Lawung diciptakan oleh: Sri Sultan Hamengku Buwono I atau Pangeran Mangukubumi dengan
tujuan untuk mengalihkan perhatian Belanda dan membangkitkan rasa kepahlawanan pada prajurit keraton.
4.    Tari Bandayuda
        Tari Bondoyudo adalah Tarian Gagah Keprajuritan Berpasangan gaya Surakarta. Diciptakan  oleh S. Ngaliman Condopangrawit merupakan salah satu koreografer tari dari Indonesia. Tarian ini dibuat tahun 1954 oleh Ngaliman. Bondoyudo atau Bandayuda artinya “berperang’ Sebagai penyemangat pejuang di masa  bangsa Indonesia sedang berjuang mempertahankan kemerdekaannya. Tari Bondoyudo termasuk kategori tari berpasangan putra yang mengusung tema keprajuritan.
5.    Tari Retno Tinanding
        Salah Satu Tarian Putri Berpasangan Gaya Surakarta Tari Retno Tinanding  merupakan salah satu contoh tari klasik gaya Surakarta, selain yang telah dituliskan sebelumnya, yakni Tari Bedhaya Ketawang dan Tari Bambangan Cakil. Retno Tinanding adalah bentuk tari putri berpasangan gaya Surakarta yang menggambarkan peperangan antara dua dewi.Tari Retno Tinanding tercipta tahun 1958 sebagai buah karya dari S. Ngaliman, seorang seniman tari besar dari Surakarta. Untuk menggambarkan suatu pertempuran.
6.    Tari Gambyong
    Tari Gambyong berasal dari daerah Surakarta. Awalnya tarian ini hanya sebuah tarian rakyat dan diadakan ketika musim panen padi. Sekarang tarian tersebut diadakan saat acara sakral, dan sebagai penghormatan tamu.
Tari Gambyong awalnya berkembang pada masa Raja Sunan Paku Buwono IV. Nama gambyong sendiri sebenarnya berasal dari nama seorang penari kondang pada masa itu, yang bernama Sri Gambyong.

C.    Memeragakan Gerak Tari Tradisional
1.    Komposisi, Desain Lantai dan Pola Lantai 

        Salah satu kaidah seni pertunjukan adalah Komposisi Ruang dan Desain Lantai ataupun Pola Lantai agar seni tari yang dipertunjukan semakin bisa dinikmati. Ketiga hal tersebut membentuk satu kesatuan yang disebut dengan Komposisi Tari.
a.    Komposisi Ruang
Komposisi ruang adalah penataan penari di dalam ruang/tempat pentas.
b.    Desain Lantai
Desain lantai adalah garis-garis dilantai yang dilalui/dibuat oleh seorang penari atau garis-garis lantai yang dibuat oleh formasi penari kelompok.
Ada 2 macam garis lantai dalam membuat desain lantai yaitu garis lurus dan lengkung.
c.    Pola Lantai
Pola lantai adalah pola atau denah yang dilakukan seorang penari dengan perpindahan, pergerakan, dan pergeseran posisi dalam sebuah ruang.

                                                                        ~SELESAI~


Posting Komentar untuk "SENI BUDAYA MATERI PERAGAAN POLA LANTAI & GERAK TARI BERDASARKAN UNSUR PENDUKUNG & IRINGAN [ KELAS 8 GENAP ]"