Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mendalami Unsur-unsur Drama (1)

 

Mendalami Unsur-unsur Drama

Setelah Mmepelajari materi ini, kalian di harapkan mampu mengenak dan mendalami unsur-unsur drama baik tradisional maupun modern yang disajikan dalam bentuk pentas atau naskah.


Perhatikan teks drama berikut :

 Ketika Pangeran Mencari Istri

Suatu ketika, terdapat sebuah kerajaan yang diperintah seorang raja yang bijaksana. Namanya Raja Henry. Raja Henry memiliki seorang anak bernama Pangeran Arthur. Pada suatu hari, datanglah seorang pemuda pengembara. Ia datang ke kerajaan dan menemui Pangeran yang sedang melamun di taman istana.

Pengembara : ”Selamat pagi, Pangeran Arthur!”

Pangeran Arthur : ”Selamat pagi. Siapakah kau?”

Pengembara : ”Aku pengembara biasa. Namaku Theo. Kudengar, Pangeran sedang bingung memilih calon istri?”

Pangeran Arthur : ”Ya, aku bingung sekali. Semua wanita yang dikenalkan padaku, tidak ada yang menarik hati. Ada yang cantik, tapi berkulit hitam. Ada yang putih, tetapi bertubuh pendek.

Ada yang bertubuh semampai, berwajah cantik, tetapi tidak bisa membaca. Aduuh!”

Pengembara : ”Hmm, bagaimana kalau kuajak Pangeran berjalan-jalan sebentar. Siapa tahu di perjalanan nanti Pangeran bias menemukan jalan keluar.”

Pangeran Arthur : ”Ooh, baiklah.”

Mereka berdua lalu berjalan-jalan ke luar istana. Theo mengajak Pangeran ke daerah pantai. Di sana mereka berbincang-bincang dengan seorang nelayan. Tak lama kemudian nelayan itu mengajak pangeran dan Theo ke rumahnya.

Nelayan : ”Istriku sedang memasak ikan bakar yang lezat. Pasti Pangeran menyukainya.”

Istri nelayan : (Datang dari dapur untuk menghidangkan ikan bakar).”Silakan Tuan-tuan nikmati makanan ini.”(Kembali lagi ke dapur)

Pengembara : ”Wahai, Nelayan! Mengapa engkau memilih istri yang bertubuh pendek?”

Nelayan : (Tersenyum). ”Aku mencintainya. Lagi pula, walau tubuhnya pendek, hatinya sangat baik. Ia pun pandai memasak.”

Pangeran Arthur : (Mengangguk-angguk)

Selesai makan, Pangeran Arthur dan pengembara itu berterima kasih dan melanjutkan perjalanan. Kini Theo dan Pangeran Arthur sampai di rumah seorang petani. Di sana mereka menumpang istirahat. Mereka beberapa saat bercakap dengan Pak Tani. Lalu, keluarlah istri Pak Tani menyuguhkan minuman dan kue-kue kecil. Bu Tani bertubuh sangat gemuk. Pipinya tembam dan dagunya berlipat-lipat. Kemudian, Bu Tani pergi ke sawah,

Pengembara : ”Pak Tani yang baik hati. Mengapa kau memilih istri yang gemuk?”

Pak Tani : (Tersenyum). ”Ia adalah wanita yang rajin. Lihatlah, rumahku bersih sekali, bukan? Setiap hari ia membersihkannya dengan teliti. Lagipula, aku sangat mencintainya.”

Pangeran Arthur : (Mengangguk-angguk).

Pangeran dan Theo lalu pamit, dan berjalan pulang ke Istana. Setibanya di Istana, mereka bertemu seorang pelayan dan istrinya. Pelayan itu amat pendiam, sedangkan istrinya cerewet sekali.

Pengembara : ”Pelayan, mengapa kau mau beristrikan wanita sebawel dia?”

Pelayan : ”Walaupun bawel, dia sangat memperhatikanku. Dan aku sangat mencintainya.”

Pangeran Arthur : (Mengangguk-angguk). ”Kini aku mengerti. Tak ada manusia yang sempurna. Begitu pula dengan calon istriku. Yang penting, aku mencintainya dan hatinya baik.”

Pengembara : (Bernapas lega, lalu lalu membuka rambutnya yang ternyata palsu. Rambut aslinya ternyata panjang dan keemasan. Ia juga membuka kumis dan jenggot palsunya. Kini di hadapan

Pangeran ada seorang puteri yang cantik jelita.) ”Pangeran, sebenarnya aku Puteri Rosa dari negeri tetangga. Ibunda Pangeran mengundangku ke sini. Dan menyuruhku melakukan semua hal tadi. Mungkin ibundamu ingin menyadarkanmu.”

Pangeran Arthur : (Sangat terkejut). ”Akhirnya aku dapat menemukan wanita yang cocok untuk menjadi istriku.”

Pangeran Arthur dan Puteri Rosa akhirnya menikah dan hidup bahagia selamanya.

(Disadur dari cerita Sa’adutul Hurriyah dalam Bobo, No. 8/XXVIII)

 

Teks tersebut merupakan contoh drama, yakni suatu teks yang menggambarkan

kehidupan dan watak manusia melalui tingkah laku (akting) yang dipentaskan.

Drama juga diartikan sebagai karya seni yang dipentaskan.

Ciri utama drama sebagai berikut.

(1) Berupa cerita.

(2) Berbentuk dialog.

(3) Bertujuan untuk dipentaskan.

 

Istilah drama sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu. Hal itu terbukti dengan istilah-istilah yang sudah biasa kita gunakan, yang pengertiannya hampir sama dengan pengertian drama. Berikut istilah-istilah yang merujuk pada pengertian drama tradisional masyarakat.

a. Sandiwara

Istilah sandiwara diciptakan oleh Mangkunegara VII, berasal dari kata bahasa Jawa sandhi yang berarti ’rahasia’, dan warah yang berarti ’pengajaran’. Oleh Ki Hajar Dewantara, istilah sandiwara sebagai pengajaran yang dilakukan dengan perlambang, secara tidak langsung.

b. Lakon

Istilah ini memiliki beberapa kemungkinan arti, yaitu (1) cerita yang dimainkan dalam drama, wayang, atau film (2) karangan yang berupa cerita sandiwara, dan (3) perbuatan, kejadian, peristiwa.

c. Tonil

Istilah tonil berasal dari bahasa Belanda toneel, yang artinya ’pertunjukan’. Istilah ini populer pada masa penjajahan Belanda.

d. Sendratari

Sendratari kepanjangan dari seni drama dan tari. Sendratari berarti pertunjukan serangkaian tari-tarian yang dilakukan oleh sekelompok orang penari dan mengisahkan suatu cerita dengan tanpa menggunakan percakapan

e. Tablo

Tablo merupakan drama yang menampilkan kisah dengan sikap dan posisi pemain, dibantu oleh pencerita. Pemain-pemain tablo tidak berdialog.

Jika sudah memahami materi diatas, silakan kerjakan tugas berikut :



Posting Komentar untuk "Mendalami Unsur-unsur Drama (1)"