Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

3.1.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 3.1

 

Judul Modul        : 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai  

                                 Kebajikan sebagai Pemimpin

Nama CGP           : Wahyu Windiarsi P

Fasilitator             : Ibu Zaimatus Sa'ida, M.Pd.

Pengajar Praktik : Ibu Ummi Mukaromah, S.Pd. M.M

KEGIATAN PEMANTIK

Bacalah kutipan ini dan tafsirkan apa maksudnya:

 

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert

 

Kutipan ini sangat menarik karena mendeskripsikan inti utama dari pendidikan. Kutipan ini mendeskripsikan bahwa materi yang diberikan oleh seorang guru itu penting tetapi yang terpenting adalah bagaimana seorang guru memaknai nilai berharga dari materi tersebut jika dikaitkan erat dengan lifeskill/ketrampilan hidup murid dan manfaat apa yang bisa didapat murid dari materi tersebut untuk kehidupannya di masa yang akan datang.

Misalnya seorang guru matematika lebih banyak mengajarkan bagaimana cara menghitung tetapi seringkali yang terlupakan adalah memberikan makna dan nilai berharga dari menghitung itu sendiri. Sebagai contoh ternyata di balik makna menghitung ada rasa tanggung jawab yang diemban seorang murid dalam penggunaan uang saku pemberian orang tua. Ini adalah kemampuan lifeskill yang juga harus dimiliki seorang murid. Dalam kehidupannya ternyata makna menghitung juga berpengaruh terhadap kemampuannya membuat sebuah keputusan, apakah dia akan menghabiskan uangnya begitu saja atau dia akan menyimpannya sebagian.

Ini menjadi tugas guru sebagai pemimpin pembelajaran untuk berani membuat keputusan bagaimana dia akan memberikan pendidikan yang lebih baik pada murid dengan memaknai sepenuh hati materi yang dia berikan dikaitkan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan lifeskill yang dibutuhkan oleh murid. Dengan langkah ini guru sedang berjuang membangun karakter yang baik bagi murid sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila dengan harapan cita-cita Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidikan harus memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat akan terwujud. Seorang guru mempunyai kewajiban memaknai apa yang mereka sampaikan kepada murid sehingga mereka juga memahami ada yang bisa dipetik dari apa yang guru sampaikan untuk bisa mereka terapkan dalam kehidupan mereka nantinya.

Lifeskill atau keterampilan hidup adalah pelajaran berharga yang akan digunakan murid sepanjang hidup mereka. Keterampilan hidup yang penting dan perlu dimiliki murid diantaranya keterampilan membuat keputusan, keterampilan memecahkan masalah, dan keterampilan komunikasi. Membuat keputusan yang baik adalah keterampilan hidup yang harus dipelajari setiap anak sejak usia dini.

 

Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?

Kutipan tadi sangat berkaitan erat dengan modul 3.1 (Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin) yang sedang saya pelajari. Dalam kutipan tersebut seorang pendidik selain bertugas mengajar juga mempunyai kewajiban untuk memaknai  nilai-nilai kebajikan universal apa yang bisa dikaitkan dengan materi tersebut serta bagaimana peserta didik dapat membuat sebuah keputusan dalam hidupnya dengan berdasar pada nilai-nilai tersebut.

Di sini dibutuhkan keberanian dari seorang guru bagaimana dia membuat keputusan untuk memberikan layanan proses pembelajaran yang berpihak pada murid dan mendukung murid untuk memiliki ketrampilan hidup yang baik sehingga kelak murid dapat membuat keputusan yang baik di hidupnya baik sebagai individu ataupun sebagai anggota masyarakat.

Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita? 

Prinsip-prinsip yang kita anut dalam pengambilan keputusan berdasarkan pada nilai-nilai universal yang ada pada diri kita, atau nilai-nilai universal yang disepakati dan disetujui bersama. Nilai-nilai universal itu juga merupakan unsur yang menjadi dasar keputusan yang kita ambil. Dari sini bisa kita simpulkan bahwa nilai-nilai universal dan prinsip-prinsip dilema etika sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan kita. Selain itu nilai-nilai guru penggerak yang kita miliki seperti berpihak pada murid juga merupakan unsur yang menjadi penentu keputusan kita. Nilai reflektif juga tergambar dalam langkah ke 9 pengambilan dan pengujian keputusan. Dari pengaruh-pengaruh tersebut maka tentunya nilai-nilai dan prinsip tersebut akan memberikan dampak yang cukup besar bagi lingkungan terutama peserta didik dimana keputusan yang kita ambil harus bisa berpihak kepada peserta didik.

 

Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?

Saya sebagai pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid. Saya akan mengajar di beberapa kelas yang berbeda. Masing-masing kelas mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Ada kelas homogen dimana murid mempunyai motivasi dan kemampuan yang tinggi. Ada kelas lain yang heterogen dimana lebih banyak murid yang mempunyai motivasi dan kemampuan yang rendah. Saya sebagai pemimpin pembelajaran harus membuat proses pembelajaran yang berpihak pada murid. 

Ini butuh keberanian untuk mengambil keputusan bagaimana saya akan melakukan proses pembelajaran di kelas yang berbeda-beda tersebut. Saya yang mempunyai nilai guru penggerak berpihak kepada murid dan inovatif (modul 1.2) akan mengambil keputusan untuk dapat memberdayakan diri saya serta memanfaatkan aset/kekuatan yang ada untuk menyediakan suasana belajar dan proses pembelajaran positif serta berkualitas bagi muridnya salah satunya adalah dengan mengambil keputusan menggunakan pembelajaran berdiferensiasi yang saya pelajari di modul 2.1 dan pembelajaran sosial emosional yang saya pelajari di modul 2.2 serta membuat media pembelajaran yang menarik yang sesuai dengan minat dan bakat murid.

Saya yang mempunyai nilai guru penggerak mandiri juga akan membuat keputusan untuk menjadi pembelajaran sepanjang hayat agar saya dapat membuat proses pembelajaran lebih bermakna. Saya yang mempunyai nilai guru penggerak reflektif akan membuat keputusan untuk tidak hanya berhenti saja dalam membuat rencana tetapi juga mengejawantahkannya lewat tindakan nyata sebagai perbaikan yang perlu dilakukan. 

Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.

 

Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Kutipan tadi menggaris bawahi betapa pentingnya pendidikan untuk memberikan perubahan standar etik dari seseorang dan membentuk karakter untuk moral yang lebih baik. Pendidikan mempunyai fungsi yang vital untuk mengembangkan karakter yang beretika dengan mempelajari nilai-nilai universal yang ada. Pendidikan berfungsi sebagai jembatan bagi murid untuk mengenali nilai-nilai keyakinan universal yang ada untuk membangun karakter yang baik sehingga mereka dapat terjun ke masyarakat dengan baik nantinya. Pendidikan adalah tempat terpenting dalam perkembangan moral untuk menggenapkan diri murid dari seorang individu menjadi makhluk sosial dalam masyarakat.

Pada abad 21 ini dimana masyarakat kita semakin beragam baik dalam sosial budaya, politik, agama, ekonomi, maka semakin dibutuhkan adanya saling menghargai, empati, toleransi dan kemampuan sosial emosional lainnya untuk bisa saling mengisi dalam lingkungan masyarakat. Kita sebagai pendidik adalah ujung tombak utama dalam dunia pendidikan dalam menciptakan sekolah sebagai institusi moral dimana kita akan membentuk murid kita yang akan menjadi pemimpin-pemimpin sekolah masa depan dengan pembentukan karakter dan etika. Semua itu dapat terjadi dengan lebih baik jika kita sebagai guru memulainya dari diri kita sendiri yang dapat dijadikan teladan bagi murid-murid kita. Sekolah sebagai institusi moral adalah salah satu materi yang saya pelajari di modul 3.1 dan kutipan tersebut menggambarkan seberapa pentingnya pendidikan membentuk orang-orang yang berperilaku dengan etika yang baik dan karakter yang baik.

KESIMPULAN

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Pratap Triloka adalah filsafat kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara yang dapat digunakan dalam kegiatan sebagai pemimpin pembelajaran ataupun pemimpin sekolah. Pratap Triloa bersifat kontekstual, penerapannya tergantung keadaan, sehingga kemanfaatannya dapat diperoleh secara optimal. Kepada siapa ing ngarsa diterapkan, ing madya diterapkan, dan kepada siapa tutwuri diterapkan tergantung kepada kualitas keunikan anak dan sumber daya manusia yang dihadapi.

Ing ngarsa sung tuladha yang artinya memberi contoh dilaksanakan bila pemimpin atau guru menghadapi sumber daya manusia atau murid yang kualitas semangat dan kemampuannya kurang sehigga sebagai pemimpin dan pemimpin pembelajaran harus dapat memberi contoh terhadap bawahan, murid, terhadap rekan kerja agar keputusan yang diambil dapat mencerminkan sebagai pemimpin dan pemimpin pembelajaran yang dapat menjadi contoh yang baik atau teladan bagi bawahan atau murid.

Ing madya mangun karsa yang artinya di tengah memberikan inspirasi bagi guru atau murid dan dilaksanakan bila menghadapi sumber daya manusia atau murid yang semangat atau kemampuannya hanya salah satu yang kuat. Dalam pengambilan keputusan pasti akan ada pertimbangan bahwa apakah keputusan yang diambil bisa menjadi inspirasi bagi murid, rekan guru dan masyarakat dan lebih mengutamakan kepentingan umum.

Tutwuri handayani artinya di belakang memberikan dorongan digunakan bila sumber daya manusia atau murid memiliki semangat dan kemampuan keduanya kuat. Sebagai pemimpin dan pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan harus bisa mendorong guru atau murid, kepada hal yang baik, yang bermanfaat buat kemajuan pendidikan di Indonesia. 

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai atau prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak yang luar biasa pada lingkungan kita. Ketika kita mengalami kasus dilema etika dimana ada dua kebenaran yang bertentangan maka nilai-nilai universal yang kita yakini secara umum akan mempengaruhi paradigma yang kita ambil dalam pengambilan keputusan dilema etika tersebut. Dengan paradigma yang kita identifikasi ini akan sangat berdampak pada prinsip yang akan dipilih dalam pengambilan keputusan dalam kasus dilema etika tersebut.

Sebagai contoh jika seorang pemimpin pembelajaran memegang teguh nilai keadilan  maka paradigma dilema etika yang muncul adalah rasa keadilan lawan rasa kasihan dan dia akan menyelesaikan dilema etika tersebut dengan prinsip berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking). Sedangkan jika seorang pemimpin pembelajara mengedepankan  rasa cinta dan kasih sayang maka paradigma yang muncul adalah rasa keadilan lawan rasa kasihan dan dia akan menyelesaikan dengan prinsip penyelesaian dilema etika berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking). 

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya. 
Pada saat keputusan sudah diambil seringkali timbul pertanyaan-pertanyaan dalam diri apakah keputusan yang diambil itu tepat atau tidak. Jika ini terjadi maka kita bisa melakukan coaching pada diri sendiri. Coaching adalah sebuah proses kreatif  untuk memaksimalkan potensi yang ada sehingga kita bisa melihat peluang baru dan masa depan. Ketrampilan coaching ini membekali kita untuk bisa menjadi coach bagi dirinya sendiri untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat digunakan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai pilihan solusi sehingga keputusan yang diambil menjadi keputusan yang  terbaik. Hal-hal lain yang perlu dilakukan dalam coaching tersebut adalah apakah ketiga unsur utama dalam pengambilan keputusan yaitu nilai-nilai keyakinan universal, berpihak kepada murid dan tanggung jawab sudah terpenuhi dengan baik atau belum.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya dilema etika untuk dapat mencapai keputusan yang bertanggung jawab. 

Dalam kasus dilema etika kita dihadapkan pada dua kebenaran. Ini akan menjadi lebih sulit untuk memilih dan kemampuan sosial emosional sangat dibutuhkan di sini. 

Dibutuhkan kesadaran diri yang kuat untuk dapat menghubungkan perasaan, pikiran, dan nilai-nilai serta pola pikir bertumbuh untuk pengambilan keputusan. 

Kita juga membutuhkan manajemen diri yang baik untuk mengelola emosi diri di saat banyak pihak bersinggungan dan tidak ada yang mau mengalah. Selain itu juga dibutuhkan keberanian untuk mengambil inisiatif pengambilan keputusan. 

Dengan kesadaran sosial kita juga dapat mempertimbangkan pandangan/masukan-masukan dari orang lain pada saat melakukan langkah mengumpulkan fakta-fakta yang relevan. Kita juga dapat mendemostrasikan empati dan welas asih sebagai keberpihakan kita kepada murid.

Ketrampilan berelasi juga sangan dibutuhkan dalam pengambilan keputusan karena dengan komunikasi dan hubungan yang baik maka pengambilan keputusan akan  lebih mudah diambil karena didukung oleh banyak pihak.

Dan yang terkahir yang sangat berperan adalah pengambilan keputusan  yang bertanggung jawab dimana kita bisa mengenali solusi dan merefleksikannya. Proses pengambilan keputusan itu juga haru dilakukan dengan kesadaran penuh.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Sebagai pemimpin pembelajaran yang memiliki nilai guru penggerak  (berpihak kepada murid, mandiri, kolaboratif, inovatif, dan reflektif) seorang pendidik harus mampu melihat permasalahan yang dihadapi apakah permasalahan tersebut merupakan bujukan moral etika ataukah dilema.

Jika bujukan moral maka seorang pemimpin pembelajaran yang menjunjung nilai kebenaran dan kejujuran tentu saja akan memilih hal yang benar. 

Jika masalah yang muncul adalah dilema etika seorang pendidik mampu mengidentifikasi permasalahn yang dihadapinya dengan mengutamakan keberpihakan terhadap kepentingan murid sehingga  dapat dengan mudah membuat solusi tepat dari setiap permasalahn  yang terjadi. Pengambilan keputusan juga dilakukan dengan memperhatikan 3 unsur dasar pengambilan keputusan, 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan dengan melakukan sembilan langkah pengambilan keputusan dan pengujian akan menjadi keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan dengan baik. Karena dalam 9 langkah itu sudah digali secara mendasar mulai dari mengenali nilai-nilai yang bertentangan, menentukan siapa yang terlibat, mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, melakukan uji benar salah, pengujian benar lawan benar, melakukan prinsip resolusi, investigasi trilena, membuat keputusan dan melihat kembali serta merefleksikan hasil putusan. 

Dengan langkah-langkah dan fakta-fakta yang lengkap harapannya keputusan ini didukung oleh banyak pihak. Dengan begitu akan membuat semua orang yang berhubungan kan merasa nyaman, aman, sehingga lingkungan akan kondusif. Akhirnya keputusan yang diambil akan berdampak pada kondisi lingkungan yang kondusif, aman, dan nyaman.

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Adanya perbedaan persepsi atau sudut pandang dimana ada beberapa pihak yang membuat keputusan dengan prinsip penyelesaian berbikir berbasis peraturan (Rule-based Thinking) dan di sisi lain ada yang berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based thinking). 

Dalam dilema etika ini sering sekali bersinggungan. Ini ada kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan saya. Dulu hampir semua berpihak kepada rasa keadilan dimana siapapun yang melanggar maka akan mendapatkan perlakuan yang sama karena banyak yang menjunjung nilai kebenaran sedangkan saat ini banyak yang sudah bergeser ke paradigma rasa kasihan dan keberpihakan pada murid karena nilai cinta dan kasih sayang lebih besar.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengajaran yang memerdekakan murid adalah pengajaran yang memberikan ruang bagi murid untuk bertumbuh secara utuh agar mampu memuliakan dirinya dan orang lain (merdeka batin) dan menjadi mandiri (merdeka lahir). Tugas guru adalah menuntun murid sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Di sini murid dianggap sebagai pribadi-pribadi unik yang harus terlayani kebutuhannya. Keputusan yang kita ambil akan sangat berpengaruh pada murid sehingga dalam pengambilan kebutusan yang berhubungan dengan pengajaran harus didasarkan pada kebutuhan murid, kepentingan murid, dan harus bisa berpihak pada murid, kenyamanan murid serta bagaimana dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh murid adalah tujuan utama seorang guru. 

Untuk mengambil keputusan kita harus mendasarinya dengan keberpihakan kepada murid dan menggunakan 9 langkah dalam pengambilan keputusan. Salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk mewujudkan pengajaran yang memerdekakan murid adalah pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosil emosional.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Pemimpin pembelajaran akan menaruh perhatian penuh pada komponen pembelajaran, proses pembelajaran, refleksi dan asesmen yang semuanya mendorong terwujudnya welbeing dalam ekosistem pendidikan di sekolah 

Keputusan yang diambil guru sebagai pemimpin pembelajaran  akan berpihak pada murid sehingga harapannya akan memenuhi kebutuhan murid  dan tentunya dapat mengoptimalkan potensi murid. Dengan mampu mengoptimalkan murid tentu saja ini sangat berharga bagi murid untuk bertumbuh menjadi pribadi-pribadi yang bersemangat dan mempercayai bahwa mereka mampu. Ini sangat bermanfaat untuk memupuk rasa percaya diri murid sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap masa depan murid. Keputusan yang dapat membuat murid dapat mengetahui bakat minatnya sehingga murid dapat mandiri dengan kehidupannya.

Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Di bagian pertama modul ini saya belajar mengenai sekolah sebagai institusi moral yang dirancang untuk membentuk karakter warganya. Ini sejalan dengan apa saya pelajari di modul 1.1 (Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara) yang menyatakan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi kunci utama untuk mencapainya. Disini kita dapat menyimpulkan sekolah adalah salah satu institusi pendidikan sekaligus institusi moral yang akan menjadi garda terdepan dalam pembentukan manusia Indonesia yang beradab.

Sebagai manusia yang beradab, warga sekolah menegakkan nilai-nilai yang diyakini dan dianggap penting. Nilai-nilai ini juga saya pelajari di modul 1.4 (Budaya Positif). Selain itu saya juga mempelajari nilai-nilai kebajikan yang ditekankan dalam pendidikan Indonesia yaitu yang tertuang dalam Profil Pelajar Pancasila yang saya pelajari di modul 1.2 (Nilai dan Peran Guru Penggerak). 

Di modul 3.1 pengambilan keputusan dilema etika ada nilai-nilai kebenaran yang saya pelajari sebelumnya di modul 1.4 (Budaya Positif) yang saling bertentangan. Dalam pengambilan keputusan dilema etika ada unsur yang mendasari pengambilan keputusan yaitu nilai-nilai kebajikan, berpihak kepada murid, dan keputusan yang bertanggung jawab. Nilai-nilai kebajikan saya pelajari di modul 1.4 (Budaya Positif), sedangkan berpihak kepada murid adalah nilai guru penggerak yang saya pelajari di modul 1.2. Keputusan yang bertanggung jawab adalah salah satu kompetensi sosial emosional yang saya pelajari di modul 2.2.

Setelah melihat ketiga unsur pengambilan keputusan maka dalam pengambilan keputusan kita akan mengacu pada 3 paradigma dan 4 prinsip pengambilan keputusan serta melakukan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dalam pengujian keputusan dapat dilakukan dengan ketrampilan coaching yang saya pelajari di modul 2.3. Selain itu dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab kita juga membutuhkan kompetensi sosial emosional dan mindfulness yang saya pelajari di modul 2.2.

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Modul 3.1 ini sangat menarik bagi saya karena banyak konsep-konsep baru yang saya temukan dalam pengambilan keputusan. Dilema etika adalah situasi saat mengambil keputusan dimana ada nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar, namun saling bertentangan sedangkan bujukan moral adalah situasi saat seseorang harus mengambil keputusan antara benar dan salah.

Ada 4 paradigma pada situasi dilema etika:

Individu lawan kelompok

Membuat pilihan apa yang benar untuk satu orang atau kelompok kecil dan apa yang benar untuk 

kelompok yang lebih besar.

Rasa keadilan lawan rasa kasihan

Mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan

Berlaku adil dengan memberlakukan hal yang sama bagi semua orang atau membuat perkecualian dengan kemurahan hati atau kasih sayang

Kebenaran lawan kesetiaan

Jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat

Jangka pendek lawan jangka panjang

Memilih keputusan yang kelihatannya terbaik untuk saat ini atau yang terbaik untuk masa yang akan datang

Ada tiga prinsip dilema etika yaitu:

Berpikir berbasis hasil akhir

melakukan segala sesuatu demi kebaikan orang banyak

mengukur/menguji konsekuensi dan suatu keputusan dengan memperkirakan hasil yang diharapkan untuk kebahagiaan orang terbanyak

prinsip moral berpatokan kepada prinsip instritusi

Berpikir berdasarkan peraturan

mengikuti prinsip-prinsip atau aturan-aturan yang telah ditentukan

menjunjung tinggi prinsip-prinsip/ nilai-nilai dan aturan yang telah ditentukan

berpusat kepada apa tugas kita dan apa tanggung jawab kita

Berpikir berbasis rasa peduli

melakukan apa yang anda harapkan orang lain akan lakukan kepada diri anda

kita mementingkan kepentingan orang lain, memberikan empati

Ada sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

  1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
  2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.
  3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
  4. Pengujian benar atau salah (uji legal,uji regulasi,uji instuisi,uji publikasi,uji panutan/idola)
  5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
  6. Melakukan Prinsip Resolusi
  7. Investigasi Opsi Trilema
  8. Buat Keputusan
  9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan adalah ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya berdasarkan sesuai pemikiran saja tetapi banyak sekali yang harus dipertimbangkan dan butuh pemikiran bersama dengan melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. 

Selama ini saya berpikir dalam pengambilan keputusan harus cepat dan saat itu juga sehingga keputusan yang saya ambil perlu ditinjau kembali agar tidak merugikan banyak orang. Ternyata pengambilan keputusan membutuhkan waktu dan membutuhkan masukan dari banyak orang agar dapat membuat keputusan yang terbaik.Hal lainnya adalah sebuah keputusan akan berbeda tergantung diambil dari sudut pandang siapa pada setiap kasusnya.

Selain itu dari hasil wawancara saya dengan enam Kepala Sekolah di tugas demonstrasi kontekstual, hal tidak terduga lainnya yang muncul adalah komunikasi, kolaborasi, hubungan baik dan positive thinking sangat berperan penting dan mempermudah pengambilan keputusan.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelumnya saya pernah mengambil sebuah keputusan baik yang bersifat bujukan moral atau dilema etika,tetapi belum berdasarkan 3 prinsip,4 paradigma dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Saya masih terlalu kaku untuk memandang segala sesuatu berdasarkan nilai keadilan dan kejujuran  serta berdasarkan tugas dan tanggung jawab sehingga saya seringkali mengambil  prinsip berbasis peraturan (Rule-Based Thinking). Dari sini sering terjadi adanya benturan antara aturan yang ada dengan kepentingan murid. Pada waktu itu saya lebih memegang teguh pada aturan dibandingkan berpihak kepada murid.

Ternyata setelah mempelajari modul ini  saya memahami bahwa terkadang adalah hal yang benar untuk mengikuti peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian demi masa depan murid merupakan tindakan yang benar juga. 

Jadi intinya harus benar-benar mencermati kasus dilema etika yang terjadi baru melakukan beberapa langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan yang meliputi nilai-nilai bertentangan, siapa saja yang terlibat, mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi dan uji panutan) dengan melihat sudut pandang orang lain, menentukan paradigma benar lawan benar, menentukan prinsip resolusi, menemukan opsi trilemma yang menjadi penyelesaian kreatif dan tidak terduga dalam pengambilan keputusan, buat keputusan dan refleksikan kembali setelah mengambil keputusan

Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Setelah mempelajari modul 3.1 ini, dampaknya sangat luar biasa. Konsep yang ada di modul ini sangat bermanfaat sekali bagi saya karena pada akhirnya saya dapat mengetahui tentang cara pengambilan keputusanterbaik  terutama jika saya menjadi seorang pemimpin. Dengan mempelajari modul ini untuk kedepannya saya akan mencoba menerapkan 3 prinsip,4 paradigma dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan agar dilema etika yang diputuskan membawa kebermanfaatan bagi orang banyak  sehingga dapat dapat diterima dan didukung oleh semua pihak serta tidak ada yang dirugikan juga meminimalisir resiko yang akan terjadi.

Ada perubahan mindset dalam diri saya bahwa dalam pengambilan keputusan tentang dilema etika tidak perlu kaku untuk harus tunduk kepada aturan tetapi ada faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan terutama keberpihakan kita kepada murid.

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Bagi saya sangat penting dan bermakna untuk mempelajari topik pada modul 3.1. Materi ini membuat saya yang peragu dan suka berubah-ubah pemikirannya menjadi lebih mudah dan lebih mantap untuk membuat sebuah keputusan baik menyangkut individeo maupun sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Selain itu mempelajari modul ini juga sangat bermanfaat karena sekolah merupakan "institusi moral" yang didalamnya terdapat dilema-dilema etika ataupun bujukan moral yang perlu diputuskan  dengan bijak, agar terwujud merdeka belajar dan membentuk profil pelajar Pancasila. Oleh karena itu penting sekali bagi seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran pembelajaran memiliki keterampilan memutuskan dengan tepat sesuai pengetahuan yang terdapat dalam modul ini.

 

 

 

 

 

14 komentar untuk "3.1.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 3.1"

  1. artikel yang sangat menarik, bagi guru untuk bisa menyikapi secara bijak tentang bagaimana mengambil keputusan dalam menghadapi berbagai macam persoalan yang kompleks tentang siswa

    BalasHapus
  2. Artikel yang sangat menarik. Terutama bagi para guru agar tidak gegabah dan mampu bijaksana dalam menghadapi permasalahan yang kompleks tentang siswa

    BalasHapus
  3. Kereen Bu Wahyu. Paparannya selalu lengkap. Tidak sekadar mengulas, tp membahas dengan komprehensif. Menginspirasi pembaca utk menjadi pemimpin pembelajaran yg mampu mengambil keputusan. Congratulation..

    BalasHapus
  4. Mantapsss, sangat menginspirasi

    BalasHapus
  5. Artikel yang sangat menarik dan menginspirasi. Semoga saya juga bisa seperti bu wahyu mengikuti jejaknya

    BalasHapus
  6. Sangat luar biasa, menginspirasi kita semua. Tetap semangat dan rendah hati. 🙏🙏🙏🙏

    BalasHapus
  7. Keren bu Wahyu, artikel yg sangat menginpirasi..semoga saya bisa mendidik siswa dg lifestyle mereka yg berbeda- beda.

    BalasHapus
  8. Bagusss,,semoga dengan adanya artikel ini bisa menginspirasi guru sehingga bisa menjadikan kualitas pendidikan Indonesia semakin cemerlang

    BalasHapus
  9. Bagus sekalii....
    Sangat layak dijadikan sebagai pedoman dan renungan kita sebagai guru untuk melaksanakan konsep akhir dari tujuan pembelajaran sesungguhnya..

    BalasHapus
  10. Artikel yang sangat menginspirasi. Paparannya lengkap dan membahas secara komprehensif.
    Ini menginspirasi pembaca khususnya guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran yang mampu mengambil keputusan secara tepat.

    BalasHapus
  11. Amazing.. Artikel yang sangat menarik. Pembahasnnya lengkap. Semoga bisa menginspirasi pembaca khususnya guru dalam pembelajaran

    BalasHapus
  12. Keren mba wahyu,, sangat menginspirasi

    BalasHapus
  13. Mantul Bu....sangat menginspirasi

    BalasHapus
  14. banyak guru mengejar kepandaian anak dan mengukur hanya dari nilai, dari tulisan ini kita belajar bahwa setiap anak memiliki karakter dan kecerdasan masing-masing, namun tetap perlu mengedepankan etika untuk kehidupan peserta didik selanjutnya

    BalasHapus