Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Semangat dan Komitmen Para Pendiri Negara dalam Perumusan dan Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara

Nilai Semangat Pendiri Negara 

Semangat mengandung arti tekad dan dorongan hati yang kuat untuk menggapai keinginan atau hasrat tertentu. Para pendiri negara merupakan contoh yang baik dari orang-orang yang memiliki semangat yang kuat dalam membuat perubahan, yaitu perubahan dari negara terjajah menjadi negara yang merdeka dan sejajar dengan negara-negara lain di dunia. Semangat kebangsaan harus tumbuh dan dipupuk oleh setiap warga negara Indonesia. Hal ini harus tumbuh dalam diri warga negara untuk mencintai dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. Seseorang yang memiliki rasa kebangsaan Indonesia akan memiliki rasa bangga sebagai warga negara Indonesia. Kebanggaan sebagai bangsa dapat kita rasakan, misalnya ketika kalian mengikuti upacara bendera di sekolah.

Keberhasilan bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya, merupakan salah satu bukti cinta para pahlawan terhadap bangsa dan negara. Bukti cinta yang dilandasi semangat kebangsaan diwujudkan dengan pengorbanan jiwa dan raga segenap rakyat untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan dari penjajah.

Semangat kebangsaan disebut juga sebagai nasionalisme dan patriotisme. Nasionalisme adalah suatu paham yang menganggap bahwa kesetiaan tertinggi atas setiap pribadi harus diserahkan kepada negara kebangsaan atau nation state. Ada dua jenis pengertian nasionalisme, yaitu nasionalisme dalam arti sempit dan nasionalisme dalam arti luas.


Gambar Pejuang Veteran

a. Nasionalisme dalam arti sempit

Nasionalisme dalam arti sempit disebut juga dengan nasionalisme negatif karena mengandung makna perasaan kebangsaan atau cinta terhadap bangsanya yang sangat tinggi dan berlebihan, sebaliknya memandang rendah terhadap bangsa lain. Nasionalisme dalam arti sempit disamakan dengan chauvinisme.


Gambar Hitler yang Menganggap Negara Jerman Paling Baik pada PDII

b. Nasionalisme dalam arti luas

Nasionalisme dalam arti luas atau yang berarti positif. Nasionalisme dalam pengertian ini adalah perasaan cinta yang tinggi atau bangga terhadap tanah air dan tidak memandang rendah bangsa lain. Saat mengadakan hubungan dengan negara lain, selalu mengutamakan kepentingan bangsa dan negara serta menghormati kedaulatan negara lain.


Gambar Upacara Bendera sebagai Bentuk Internalisasi Nasionalisme Usia Dini

Adapun patriotisme berasal dari kata patria, yang artinya tanah air. Kata patria kemudian berubah menjadi kata patriot yang artinya seseorang yang mencintai tanah air. Oleh sebab itu, patriotisme berarti semangat cinta tanah air atau sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk mempertahankan bangsanya. Sikap ini muncul setelah lahirnya nasionalisme, namun antara nasionalisme dan patriotisme umumnya diartikan sama. Jiwa patriotisme telah tampak pada sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Hal itu antara lain diwujudkan dalam bentuk kerelaan para pahlawan bangsa untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan dengan mengorbankan jiwa dan raga. Jiwa dan semangat bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekaan sering juga disebut sebagai ”jiwa dan semangat ’45”.


Gambar Patriotisme Salah Satu Atlet yang Membela NKRI di Bidang Olahraga

Adapun hal-hal yang terkandung dalam jiwa dan semangat ‘45 adalah sebagai berikut.
  1. Pro Patria dan Primus Patrialis, artinya mencintai tanah air dan mendahulukan kepentingan tanah air.
  2. Jiwa solidaritas dan kesetiakawanan dari semua lapisan masyarakat terhadap perjuangan kemerdekaan.
  3. Jiwa toleransi atau tenggang rasa antaragama, antarsuku, antargolongan dan antarbangsa.
  4. Jiwa tanpa pamrih dan bertanggung jawab.
  5. Jiwa ksatria dan kebesaran jiwa yang tidak mengandung balas dendam.
Sifat, jiwa, dan semangat 45 itulah yang harus dijadikan contoh sikap positif generasi muda terhadap makna perumusan dan penetapan Pancasila sebagai dasar negara. Selain sifat, jiwa, dan semangat ‘45 di atas yang harus kita jadikan contoh terdapat pula ekses negatif yang perlu kita hindari, yakni sebagai berikut.
  1. Kolaborator dan koperator dalam arti kerja sama dengan pihak penentang kemerdekaan.
  2. Persaingan tidak sehat antargolongan.
  3. Separatisme, yaitu pemisahan dari negara kesatuan.
  4. Oportunitas, yaitu paham yang ingin menguntungkan diri sendiri dipihak manapun ia berdiri.
5 Aksi Separatisme Inilah yang Bikin OPM Harus Segara Dienyahkan ...
Gambar Organisasi Papua Merdeka, separatis yang ingin memisahkan diri dari NKRI

Nasionalisme dan patriotisme dibutuhkan bangsa Indonesia untuk menjaga kelangsungan hidup dan kejayaan bangsa serta negara. Kejayaan sebagai bangsa dapat dicontohkan oleh seorang atlet yang berjuang dengan segenap jiwa dan raga untuk membela tanah airnya. Contoh lainnya adalah semangat yang dimiliki para pendiri negara dalam merumuskan Pancasila. Mereka memiliki semangat mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi ataupun golongan. Nasionalisme dan patriotisme sangat penting bagi kelestarian kehidupan bangsa Indonesia dikarenakan kondisi-kondisi sebagai berikut.
  1. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk atau keanekaragaman dalam suku, ras, golongan, agama, budaya, dan wilayah.
  2. Alam Indonesia, dengan kepulauan Nusantara terletak pada posisi silang yang dapat mengandung kerawanan bahaya dari negara lain.
  3. Adanya bahaya disintegrasi (perpecahan bangsa) dan gerakan separatisme (gerakan untuk memisahkan diri dari suatu bangsa) apabila pemerintah tidak bersikap bijaksana.

Semangat kebangsaan diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup dan kejayaan bangsa Indonesia. Semangat kebangsaan para pendiri negara dalam merumuskan dan menetapkan Pancasila sebagai dasar negara yang perlu kita tiru dan praktikkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai berikut.
  • Semangat Persatuan dan Kesatuan
Proses perumusan dasar negara dilakukan oleh para tokoh bangsa pendiri negara melalui sidang BPUPKI dan PPKI. Mereka berasal dari daerah, suku, agama, dan profesi yang berbeda-beda. Namun berbagai latar belakang yang beraneka ragam tersebut tidak menghalangi mereka untuk memberikan hasil terbaik bagi bangsa dan negara. Para pendiri negara tersebut meninggalkan rasa kesukuan dan fanatisme terhadap daerahnya atau agamanya. Mereka lebih mengutamakan persatuan dan kesatuan demi keutuhan dan kepentingan bangsa Indonesia. Hal ini, misalnya dapat diketahui dari perubahan kalimat butir pertama rumusan dasar negara dalam Piagam Jakarta yang awalnya, “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Perubahan tersebut dilakukan dalam karena munculnya keberatan dari golongan pemeluk agama Kristen dan Katolik dari Indonesia Timur. Apabila perubahan tidak dilakukan, maka dikhawatirkan persatuan dan kesatuan bangsa akan terpecah.

Semangat persatuan dan kesatuan yang ditunjukkan para pendiri negara dalam proses perumusan Pancasila dapat kita teladani dalam kehidupan sehari-hari. Berikut contoh semangat persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
  1. Membiasakan hidup rukun dan saling menolong antarmanusia.
  2. Menyelesaikan masalah dengan kekeluargaan, tidak dengan kekerasan.
  3. Mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan diri sendiri.
  4. Memandang dan memperlakukan orang lain secara sama tanpa diskriminasi.
  5. Menghargai perbedaan dan bersikap toleransi terhadap orang lain.
  6. Mengerti atau merasakan kesedihan dan penderitaan orang lain, serta tidak mudah marah atau menyimpan dendam.
  • Musyawarah untuk Mencapai Mufakat
Musyawarah merupakan cara penyelesaian masalah secara kekeluargaan demi mencapai mufakat atau hasil keputusan yang disepakati bersama. Budaya bermusyawarah telah diwariskan oleh nenek moyang bangsa Indonesia kepada setiap generasi. Hal ini menjadikannya ciri khas yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Di dalam kegiatan musyawarah dan mufakat terkandung semangat kekeluargaan, persatuan dan kesatuan, serta menghargai pendapat orang lain. Musyawarah adalah cara yang ditempuh anggota BPUPKI ketika merumuskan Pancasila.

Pada sidang BPUPKI, ketua memberikan kesempatan kepada peserta sidang untuk menyampaikan pendapatnya mengenai rumusan dasar negara. Saat itu, muncul tiga tokoh yang mengusulkan rumusan sila-sila dasar negara Indonesia. Semua usulan tersebut dihargai dan ditampung kemudian dimusyawarahkan kembali untuk mencapai keputusan terbaik. Untuk itu, dibentuklah Panitia Sembilan yang salah satunya bertugas menyempurnakan beberapa usulan yang bersifat perorangan menjadi rumusan dasar negara yang disepakati bersama. Hasil kerja Panitia Sembilan mengenai dasar negara termuat dalam dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar” yang disebut juga Piagam Jakarta. Setelah mengalami perubahan, dasar negara Pancasila disahkan PPKI. Demikianlah, setelah melewati proses musyawarah yang panjang, akhirnya rumusan dasar negara Pancasila dapat disepakati.


Gambar Musyawarah Antarwarga
  • Rela Berkorban
Rela berarti bersedia dengan ikhlas hati, tidak mengharapkan imbalan, atau dengan kemauan sendiri. Adapun berkorban berarti memiliki sesuatu yang dimiliki sekalipun menimbulkan penderitaan bagi dirinya sendiri. Sikap rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya kesediaan dan keikhlasan memberikan sesuatu yang dimiliki untuk orang lain walaupun akan menimbulkan penderitaan bagi diri sendiri. Rela berkorban merupakan salah satu sikap yang melekat kuat pada ciri-ciri pahlawan. Bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai jasa-jasa para pahlawannya. Oleh karena itu, kita harus menghargai jasa para pahlawan bangsa.

Sekarang kita berada pada masa kemerdekaan. Kita tidak dituntut untuk memanggul senjata atau maju di medan peperangan. Akan tetapi, perlu disadari bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap menghadapi rongrongan dan ancaman yang membahayakan negara. Oleh karena itu, kita harus siap menghadapi segala bentuk rongrongan dan ancaman demi kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan republik Indonesia.
  • Rasa Cinta Tanah Air
Cinta tanah air adalah perasaan yang timbul dari dalam hati sanubari seorang warga negara untuk mengabdi, memelihara, membela, serta melindungi tanah airnya dari segala ancaman dan gangguan. Bisa dikatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dilahirkan oleh generasi yang mempunyai idealisme cinta tanah air dan bangsa yang kuat.

Para pendiri negara memiliki rasa cinta tanah air yang mendalam terhadap bangsa dan negara Indonesia. Oleh karena itu, mereka membela tanah airnya sampai mengorbankan jiwa dan raganya. Sebagai seorang pelajar, kita dapat menunjukkan sikap cinta tanah air dengan cara berikut.
  1. Menjaga kelestarian lingkungan.
  2. Berbakti kepada nusa dan bangsa.
  3. Berbakti kepada orang tua.
  4. Bangga sebagai bangsa Indonesia.
  5. Mencintai produk-produk dalam negeri.
  6. Belajar dengan tekun agar kita dapat mengabdi dan membangun negara kita agar tidak ketinggalan dari bangsa lain.
Nuadu Dukung Belajar Digital Semakin Efektif - Teknologi Bisnis.com
Gambar Belajar dengan Tekun Pantang Menyerah


Komitmen Para Pendiri Negara dalam Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara

Komitmen adalah sikap dan perilaku yang ditandai oleh rasa memiliki, memberikan perhatian, serta melakukan usaha untuk mewujudkan harapan dan cita-cita dengan sungguh-sungguh. Seseorang yang memiliki komitmen terhadap bangsa adalah orang yang akan mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadinya.

Para pendiri negara dalam perumusan Pancasila memiliki ciri-ciri komitmen pribadi sebagai berikut.
  1. Mengutamakan semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme. Pendiri negara memiliki semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme yang tinggi. Hal ini diwujudkan dalam bentuk mencintai tanah air dan mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
  2. Adanya rasa memiliki terhadap bangsa Indonesia. Para pendiri negara dalam merumuskan dasar negara Pancasila dilandasi oleh rasa memiliki terhadap bangsa Indonesia. Oleh karena itu, nilai-nilai yang lahir dalam Pancasila berasal dari bangsa Indonesia sendiri. Nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan sosial adalah nilai-nilai yang berasal dan digali dari bangsa Indonesia.
  3. Selalu bersemangat dalam berjuang. Para pendiri negara selalu bersemangat dalam memperjuangkan dan mempersiapkan kemerdekaan bangsa Indonesia seperti Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para pendiri negara lainnya yang mengalami cobaan dan tantangan perjuangan yang luar biasa. Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta berkali-kali dipenjara oleh Belanda. Namun, dengan semangat perjuangan nya para pendiri negara tetap bersemangat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
  4. Mendukung dan berupaya secara aktif dalam mencapai cita-cita bangsa yaitu merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
  5. Melakukan pengorbanan pribadi, dengan cara menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, serta mendukung keputusan yang menguntungkan bangsa dan negara.
Sebagai siswa dan generasi muda, tentu kalian juga harus memiliki komitmen dalam berbangsa dan bernegara. Komitmen berbangsa dan bernegara bagi generasi muda salah satunya dengan menerima Pancasila sebagai dasar negara yang dibentuk oleh para pendiri.

Proses perumusan Pancasila yang dilakukan para tokoh menjadi pelajaran berharga bagi kita. Semua itu dilakukan dengan penuh nilai perjuangan dan diliputi dalam semangat kebersamaan serta memiliki komitmen yang sangat tinggi. Berikut beberapa bentuk komitmen para pendiri bangsa.
  • Berbeda-beda tetapi satu cita-cita
Usulan-usulan dalam sidang BPUPKI berbeda-beda. Anggota BPUPKI dibentuk dari berbagai daerah yang berbeda-beda. Ada yang berasal dari Jawa, Sumatra, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku. Bahkan ada pula anggota yang berasal dari keturunan Tionghoa, Arab, dan India. Perbedaan-perbedaan inilah yang menyebabkan adanya pendapat yang beragam. Akan tetapi, perbedaan yang ada tidak menghalangi mereka bekerja sama. Mereka mengabaikan perbedaan-perbedaan itu demi tercapainya tujuan. Sebab, semua anggota BPUPKI memiliki tujuan dan cita-cita yang sama. Tujuan dan cita-cita itu adalah kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, semua tenaga dan pikiran dicurahkan untuk meraih cita-cita mulia tersebut. Pada akhirnya, semua anggota BPUPKI yang berbeda-beda dapat bersatu mewujudkan Indonesia merdeka.
  • Bersatu dalam perbedaan
Tahukah kalian bunyi tulisan pada pita yang dicengkeram kaki burung Garuda Pancasila? Pada pita itu tertulis Bhinneka Tunggal Ika. Artinya, meskipun berbeda-beda, kita adalah satu. Perbedaan-perbedaan yang ada bukan menjadi penghalang untuk bekerja sama, tolong-menolong, dan hidup rukun. Perbedaan-perbedaan itulah yang menjadikan kita perlu saling mengenal, menghormati, menolong, dan bekerja sama. Para pahlawan telah memberi contoh bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk bersatu. Semangat persatuan dan perjuangan itu harus ditiru dan teladani. Perbedaan-perbedaan di sekeliling kita bukanlah penghalang untuk bersatu. Kini kita telah merdeka dari penjajah. Ini bukan berarti kita tidak lagi memerlukan persatuan dan kesatuan.
  • Nilai kebersamaan dalam perumusan Pancasila
Pancasila tidak hanya dirumuskan oleh satu orang. Para tokoh, seperti Bung Karno, Muh. Yamin, dan Soepomo, berusaha keras menyumbangkan buah pikiran mereka. Mereka bahu-membahu untuk merumuskan sebuah dasar negara yang kuat. Meski berbeda prinsip dan pendapat, mereka tidak menunjukkan sikap saling memusuhi. Bahkan, mereka saling memberikan masukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Semua itu dilakukan atas kesadaran untuk kepentingan bersama. Kepentingan tersebut yaitu demi tegaknya  kedaulatan negara dan kokohnya dasar negara Indonesia. Selain itu, dalam perumusan Pancasila juga melibatkan banyak pihak. Misalnya, Bung Hatta yang mengusulkan perubahan bunyi kalimat dalam sila pertama. Usulan tersebut sesungguhnya juga merupakan masukan dari sebagian komponen bangsa yang tidak terlibat secara langsung dalam perumusan dasar negara. Hal itu menunjukkan bahwa semua elemen bangsa merasa senasib dan seperjuangan. Mereka pun turut menyumbangkan pemikiran.

Mereka ikut berjuang dalam semangat kebersamaan dan kekeluargaan. Terbukti pula bahwa Pancasila yang dirumuskan dalam semangat kebersamaan mampu bertahan sampai sekarang. Pancasila pun mampu menyatukan seluruh komponen bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Nah, itulah nilai kebersamaan yang dapat kita teladani dalam perumusan Pancasila. Segala sesuatu yang dilakukan dalam semangat kebersamaan dan kekeluargaan tentu hasilnya akan lebih baik. Hasilnya pun akan dirasakan sebagai milik bersama sehingga terpelihara.
  • Musyawarah
Musyawarah sangat diperlukan untuk mencapai tujuan bersama. Musyawarah adalah cara yang ditempuh anggota BPUPKI ketika merumuskan Pancasila. Dengan banyaknya perbedaan, pengambilan keputusan memang sulit dilakukan. Namun, para perumus Pancasila membuktikan bahwa mereka dapat bekerja sama. Padahal, mereka memiliki banyak perbedaan. Dengan kerja sama, sebuah keputusan bersama berupa Pancasila pun berhasil disepakati. Kerja sama tersebut terwujud dalam musyawarah.
  • Menghargai perbedaan
Kesediaan menghargai perbedaan merupakan salah satu kunci keberhasilan musyawarah. Tanpa adanya kesediaan ini, keputusan dalam musyawarah tidak akan tercapai. Menghargai perbedaan terletak pada kesediaan untuk menerima pendapat yang berbeda demi kepentingan yang lebih besar. Dalam perumusan Pancasila, hal ini terbukti penghapusan kalimat “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Namun dengan adanya kesediaan menghargai perbedaan, perdebatan tersebut tidak menjadi permusuhan. Dengan kesediaan menghargai perbedaan lahirlah keputusan untuk mengganti rangkaian kata tersebut. Akhirnya, para perumus memutuskan untuk mengubah kata-kata tersebut menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
  • Toleransi
Toleransi masih berkaitan dengan menghargai perbedaan. Latar belakang yang berbeda dari para perumus dasar negara disatukan dalam wadah BPUPKI. Tentu saja perbedaan ini terbawa ke dalam sidang. Latar belakang yang berbeda pendapat yang muncul pun beragam. Perbedaan tersebut bahkan kadang saling bertentangan. Agar dapat melahirkan sebuah dasar negara yang kokoh, perbedaan ini tidak boleh menjadi penghambat. Di sinilah arti penting toleransi. Tanpa adanya toleransi, keputusan bersama tidak akan terwujud.

Para pendiri negara dalam menyampaikan gagasannya mengenai rumusan dasar negara selalu diliputi nilai-nilai sebagai berikut.
  1. Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Jiwa dan semangat merdeka.
  3. Nasionalisme.
  4. Patriotisme.
  5. Rasa harga diri sebagai bangsa yang merdeka.
  6. Pantang mundur dan tidak kenal menyerah.
  7. Persatuan dan kesatuan.
  8. Anti Penjajah dan penjajahan.
  9. Percaya kepada hari depan yang gemilang bagi bangsanya.
  10. Idealisme kejuangan yang tinggi.
  11. Berani, rela, dan ikhlas berkorban untuk tanah air, bangsa, dan negara.
  12. Kepahlawanan.
  13. Sepi ing pamrih rame ing gawe (berkarya dengan penuh semangat dan tanpa pamrih pribadi).
  14. Setia kawan, senasib sepenanggungan, dan kebersamaan.
  15. Disiplin yang tinggi.
  16. Ulet dan tabah menghadapi segala macam, tantangan, hambatan, dan gangguan.
Kenapa 14 Agustus Diperingati Sebagai Hari Pramuka? - Lifestyle ...
 Gambar Aktivitas Pramuka yang Membentuk sikap Disiplin & Toleran para Anggotanya

Semangat dan komitmen para pendiri negara jangan dipandang sebagai sejarah perjuangan dimasa lampau melainkan harus diteladani dalam kehidupan sekarang ini. Semangat dan komitmen para pendiri negara bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, maupun di lingkungan berbangsa dan bernegara. Beberapa contoh sikap mewujudkan semangat dan komitmen para pendiri negara dalam kehidupan sehari-hari sebagai berikut.
  • Lingkungan Keluarga
Adapun sikap mewujudkan semangat dan komitmen para pendiri negara dalam lingkungan keluarga sebagai berikut.
  1. Meringankan beban orang tua sesuai dengan kemampuan.
  2. Menghormati semua anggota keluarga.
  3. Mematuhi peraturan yang ada dalam kehidupan keluarga.
Prada Haris: Membantu Orang Tua Asuh Sudah Kewajiban - Metrojambi ...
Gambar Membantu Orang Tua Mencuci Piring
  • Lingkungan Sekolah
Adapun sikap mewujudkan semangat dan komitmen para pendiri negara dalam lingkungan sekolah sebagai berikut.
  1. Menjalin kerja sama dengan teman di sekolah.
  2. Giat belajar untuk meraih prestasi.
  3. Tidak membeda-bedakan teman dalam bergaul.
  • Lingkungan Masyarakat
Adapun sikap mewujudkan semangat dan komitmen para pendiri negara dalam lingkungan masyarakat sebagai berikut.
  1. Mengikuti kegiatan di masyarakat.
  2. Peduli terhadap warga masyarakat lainnya.
  3. Berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dengan bersosialisasi.
News | Kampanyekan Kebersihan Lingkungan, Ratusan PKL Kerja Bakti ...
Gambar Kerjabakti Membersihkan Lingkungan Sekitar
  • Lingkungan Berbangsa dan Bernegara
Adapun sikap mewujudkan semangat dan komitmen para pendiri negara dalam lingkungan berbangsa dan bernegara sebagai berikut.
  1. Menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku.
  2. Tidak membeda-bedakan suku, ras, agama, atau golongan.
  3. Mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

1 komentar untuk "Semangat dan Komitmen Para Pendiri Negara dalam Perumusan dan Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara"

  1. Materinya luar biasa, sangat mudah dipahami dan memudahkan peserta didik untuk belajar di manapun dan kapanpun

    BalasHapus